LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS Ny. D
DENGAN
KASUS ABORTUS
KELAS : XI KEPERAWATAN
TEMPAT PRAKTEK : BPM NURHASANAH
SMK
KESEHATAN ‘AZZA WA JALLA
BANDAR
LAMPUNG
LAPORAN
PENDAHULUAN
ABORTUS
A.
DEINISI
Abortus
adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan
berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau
sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus
adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di
luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba, 2008)
Berdasarkan pengertian dari beberapa
ahli diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan yang
ditandai dengan keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu
B. ETIOLOGI
Etiologi yang menyebabkan terjadinya
abortus adalah sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom
terutama trisomi autosom dan monosomi X, lingkungan sekitar tempat implantasi
kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan,
tembakau, dan alcohol
b. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid,
toksoplasmosis dan HIV
c. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi
serviks berlebihan, robekan serviks dan retroversion uterus
d. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis vili korialis
karena hipertensi menahun.
(Mitayani,
2009)
C.
MANIFESTASI KLINIS
Diduga abortus apabila seorang
wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan per vaginam setelah
mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri
pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
a.
Terlambat haid atau amenhore kurang
dari 20 minggu.
b.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum
tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut
nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c.
Perdarahan per vaginam, mungkin
disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d.
Rasa mulas atau kram perut di daerah
simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
Sedangkan secara khusus, tanda dan
gejala abortus Inkomplit adalah:
a.
Perdarahan yang banyak atau
sedikit serta memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b.
Perdarahan mendadak banyak
menimbulkan keadaan gawat.
c.
Terjadi infeksi ditandai dengan suhu
tinggi.
d.
Dapat terjadi degenerasi ganas
(kario karsinoma).
e.
Serviks masih membuka
f.
Kadang-kadang teraba jaringan di
dalamnya
Menurut Mansjoer,
2001
a.
Terlambat haid atau amenorhe kurang
dari 20 minggu
b.
Pada pemeriksaan fisik : keadaan
umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut
nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
c.
Perdarahan pervaginam mungkin
disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
d.
Rasa mulas atau kram perut, didaerah
atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus.
D.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
a.
Inspeksi vulva : Perdarahan per
vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk
dari vulva.
b.
Inspekulo : Perdarahan dari kavum
uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar
dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c.
Vaginal toucher : Porsio masih
terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan
tidak nyeri.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Tes kehamilan : pemeriksaan HCG,
positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
b.
Pemeriksaan doppler atau USG : untuk
menentukan apakah janin masih hidup.
c.
Histerosalfingografi, untuk
mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.
d.
BMR dan kadar urium darah diukur
untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
e.
Pemeriksaan kadar hemoglobin
cenderung menurun akibat perdarahan.
F.
PATOFISIOLOGI
Pada awal
abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus
terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta
tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi
pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantung amnion
kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed
aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka
ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola
krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap
dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging.
Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin
yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi
janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia
menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi
tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati
yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak
menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna
kemerah-merahan. (Sarwono, 2006)
G. KLASIFIKASI
1. Abortus
Imminens (abortus mengancam/threatened abortion)
·
Proses
awal dari suatu keguguran ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara
ostium uteri eksternum masih tertutup dan hasil konsepsi/ janin
masih baik didalam uterus
·
Pengeluaran
hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules.
·
Pada
abortus imminiens, kehamilan masih dapat di pertahankan.
·
Jika
janin masih hidup, umumnya dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir
normal.
·
Jika
terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
·
Penentuan
kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut
jantung janin dengan gerakan janin
·
Jika
sara terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan
dengan alat Doppler atau laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan,
karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan/ tindakan.
Tanda dan Gejala
Abortus Imminiens, meliputi:
·
Perdarahan
sedikit/bercak
·
Kadang
disertai rasa mules/kontraksi.
·
Periksa
dalam belum ada pembukaan.
·
Palpasi:
tinggi fundus uteri sesui usia kehamilan.
·
Hasil
test kehamilan (+)/positif.
2. Abortus
Insipiens (disebut juga sebagai abortus sedang berlangsung/ inevitable
abortion)
·
Proses abortus yang sedang
berlangsung dan tindak dapat lagi dicegah, ditandai dengan terbukanya ostium
uteri eksternum, selain perdarahan (Achadiat, 2004)
·
Abortus yang sedang berlasung dan
tidak dapat dipertahankan lagi kehamilannya, yang dapat berkembang menjadi
abortun inkomplit/ komplit.
·
Perdarahan ringan hingga sedang
pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri.
Kondisi ini menujukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut
menjadi abortus inkomplit/komplit. (Saefuidin AB, 2006)
·
Perdarahan pervaginam, dimana dapat
timbul rasa nyeri di daerah perut bawah dan panggul, serviks mulai mebuka dan
hasil konsepsinya menjulur kenanalis serviks. (Moegni, 1987)
Tanda
dan gejala:
·
Perdarahan banyak disertai bekuan
·
Mulas hebat (kontraksi makin lama
makin dan makin sering)
·
Ostium uteri sternum mulai
terbuka (serviks terbuka)
·
Pada palpasi: tinggi fundus uteri
sesuai usia kehamilan
3.
Abortus
Inkomplit
·
Pengeluaran
sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus (Prawirohardjo, 2002)
·
Perdarahan pada
kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri
melai kanalis servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)
·
Proses abortus
dimana sebagian hasil konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004)
Tanda dan gejala:
·
Perdarahan bisa
sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
·
Rasa mulas
(kontraksi) tambah hebat
·
Ostium uteri
sternum atau serviks terbuka
·
Pada pemeriksaan
vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah
menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
·
Perdarahan tidak
akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
4. Abortus
Komplit
·
Prosesus abortus dimana keseluruhan
hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat, 2004)
·
Perdarahan pada kehamilan muda dimana
seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saefudin AB, dkk,
2006)
Tanda
dan gejala:
·
Perdarahan banyak
·
Mulas sedikit atau tidak (kontraksi
uterus)
·
Osteo uteri telah menutup
·
Uterus sudah mengecil ada keluar
jaringan, sehingga tidak ada sisa dalam uterus
·
Diagnosis komplit ditegakan bila
jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya
5.
Missed Abortions
·
Kehamilan yang
tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat
dihindari (James L. Lindsey, MD, 2007)
·
Berakhirnya
suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut
bertahan dalam uterus selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)
·
Adannya retensi
yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau
retensi hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya
sekitar 2% dari kehamilan (Pilliter, 2002)
·
Perdarahan pada
kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8
minggu atau lebih (Saifudin, AB dkk, 2006)
Tanda dan gejala
·
Gejalanya
seperti abortus imminiens yang kemudian menghilang secara spontan disertai
kehamilan menghilang
·
Denyut jantung
janin tidak terdengar
·
Mulas sedikit
·
Ada keluaran
dari vagina
·
Uterus tidak
membesar tetapi mengecil
·
Mammae agak mengendor/payudara
mengecil
·
Amenorhoe
berlangsung terus
·
Tes kehamilan
negative
·
Dengan USG dapat
diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan
·
Biasanya terjadi
pembekuan darah
6.
Abortus
Infeksius dan Abortus Septik
·
Abortus infeksius
adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang
diperoleh dari luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di rumah
sakit.
·
Abortus septic
adalah suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksius, dimana pasien
telah masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat
abortus septic ini cukup tinggi (sekitar 60%). (Achadiat, 2004)
·
Abortus
infeksius adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi
genitalia, sering dikaitkan dengan tindakan abortus tidak aman sehingga dapat
menyebabkan perdarahan hebat.
·
Abortus septic
adalah abortus infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman/toksin, septic
syok bacterial dan gagal ginjal akut.
·
Abortus
infeksius adalah abortus yang disertai dengan infeksi genital.
·
Abortus septic
adalah keadaan yang lebih parah dari abortus infeksius karena disertai dengan
penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah dan peritoneum,
sehingga dijumpai adanya tanda peritornitis umum atau sepsis dan disertai
dengan syok.
Tanda dan gejala:
·
Kanalis
servikalis terbuka
·
Ada perdarahan
·
Demam
·
Takikardia
·
Perdarahan
berbau
·
Uterus membesar
dan lembek
·
Nyeri tekan
·
Leukositosis
7.
Abortus
Habitualis/Recurent Abortion
·
Abortus yang
terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih oleh sebab apapun. (Achadiat, 2004)
·
Abortus spontan
yang terjadi tiga kali atau lebih secara berturut, penyebab tersering karena
factor hormonal. Istilah abortus habitualis masih digunakan untuk menjelaskan
pola abortus yang terjadi.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius kebanyakan
terjadi pada pasien abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun
kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan.Komplikasi dapat berupa
perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi
sepsis.
1.
Perdarahan
Perdarahan dapat
diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian tranfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.
Perforasi
Perforasi uterus
pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan
teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung
dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi.Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam
menimbulkan persoalan gawat karena diperlukan uterus biasanya luas, mungkin
pula terjadi pada kandungan kemih atau usus.Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadi perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperelunya guna
mengatasi komplikasi.
3.
Infeksi
Infeksi dalam
uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya
didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang
tidak aman (unsafe abortus).
4.
Syok
Syok pada
abortus bias terjadi karena peradangan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
I.
PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan
Keperawatan
Untuk
penatalaksanaan abortus berulang-ulang dibutuhkan anamnesis yang terarah
mengenai riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu secara anatomis maupun
laboratorik.Apabila abortus terjadi pada trimester pertama atau kedua juga
penting untuk diperhatikan.Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak
fakor yang harus dicari sesua kemungkinan etiologi dan mekanisme terjadinya
abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-faktor penyebab
lainnya cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan
adanya tumor mioma uteri serta infeksi lain berat pada uterus atau serviks.
Tahap-tahap penatalaksanaan tersebut meliputi:
v
Riwayat
penyakit dahulu:
a.
Kapan
abortus terjadi, apabila pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya,
adakah penyebab mekanis yangn menonjol.
b.
Mencari
kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang
c.
Infeksi
ginekologi dan obstetri.
d.
Gambaran
asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome” (thrombosis, fenomena
autoimun, false positive test untuk sifilis).
e.
Factor
genetic antara suami istri (consanguinity)
f.
Riwayat
keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang
berkaitan dengan kejadian abortus atau pun partus prematurus yang kemudian
meninggal.
g.
Pemeriksaan
diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.
v
Pemeriksaan
fisik
a.
Pemeriksaan
fisik secara umum
b.
Pemeriksaan
ginekologi
c.
Pemeriksaan
laboratorium:
1.
Kariotik
darah tepi kedua orangtua
2.
Histerosangografi
diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi
3.
Biopsy
endometrium pada fase luteal
4.
Pemeriksaan
hormone TSH dan antibody anti tiroid
5.
Antibody
antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
6.
Lupus
antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)
7.
Pemeriksaan
darah lengkap termasuk trombosit, Kultur jaringan serviks (myocoplasma,
ureaplasma, chlamydia) bila diperlukan.
2.
Penatalaksanaan
Medis
Setelah didapatkan anamnesis yang
maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu dengan riwayat abortus
berulang-ulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio internal
uterine yang baik perlu diberikan pada ibu hamil.Kenali kemungkinan terjadinya
anti fosfolipid syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra uterine.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic
pada awal kehamilan untuk membantu pemantauan kelangsungan kehamilan sampai
pemberian USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk monitoring kehamilan dini
adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai kehamilan ini tidak
mengalami abortus.Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung janin maka
perlu segera dilakukan evakuasi serta pemberian kariotip jaringan hasil
konsepsi tersebut.
Pemeriksaan serum á-fetopotein perlu
dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu. Pemeriksaan kariotip dari buah
kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air ketuban untuk
menilai bagus atau tidaknya kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada
pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penilaian yang sesuai.Pengobatan disini
termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan anatomi,
kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi
imunologi.Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-obatan perlu
dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan
kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif harus dikerjakan secara bertahap
baik pengobatan kromosom, anomaly anatomi, kelainan endokrin, infeksi, factor
imunologi, antifosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau imunomodulator
perlu diberikan secara berurutan.Hasil ini merupakan suatu pekerjaan yang berat
dan memerlukan pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
ASUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
FORMAT
PENGKAJIAN Ny. D
Tanggal Masuk : 28 Juni 2015
Tanggal Pengkajian : 29 Juni 2015
Jam : 09.00 wib
Tempat : BPM Nurhasanah
A.
BIODATA
1. Identitas
Ibu
Nama Inisial : Ny. D
Usia :
27 th
Agama :
Islam
Kebangsaan : WNI
Suku :
Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat :
Gubuk Sero, Teluk Betung
DX. :
Abortus
2. Identitas
Suami
Nama Inisial : Tn. S
Usia :
28 th
Agama :
Islam
Kebangsaan : WNI
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat :
Gubuk Sero, Teluk Betung
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan
Utama : Saat
dilakukan pengkajian pasien
mengeluarkan darah mengatakan
perutnya terasa mulas dan sakit
2. Riwayat
Penyakit Sekarang : Pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah
dan pinggang
3. Riwayat
Kesehatan Yang Lain : Pasien
mengatakan tidak ada penyakit yang
diderita oleh pasien
4. Riwayat
Kesehatan Keluarga : Pasien
mengatakan keluarga nya tidak
punya penyakit
keturunan dan menular
5. Riwayat
Perkawinan : Pasien
mengatakan dalam perkawinan nya
tidak ada penyakit lain
6. Riwayat
Menstruasi : pasien
mengatakan haid terakhir pada bulan
April lalu
7. Riwayat
Persalinan Yang Lain : Pasien
mengatakan bahwa ia mempunyai
anak 1 laki-laki berumur 6,8 th dilahirkan dengan normal dan sehat
8. Pola
Kebiasaan
a. Pola
Nutrisi :
Pasien mengatakan sebelum hamil ia makan
dengan teratur yaitu 3x1 hari sedangkan
sesudah hamil ia mengatakan nafsu makan
mulai menurun yaitu 1x1 hari
b. Pola
Eliminasi : Pasien
mengatakan pola eliminasi nya baik
BAK : 5x1 hari
BAB : 1x1 hari
c. Pola
Istirahat dan Tidur : Pasien
mengatakan istirahat nya cukup
terpenuhi dan tidur nya nyenyak
d. Pola
Kebersihan Diri : Pasien
mengatakan bahwa ia tinggal di
kawasan penduduk yang kebersihan nya
cukup
baik
e. Pola
Aktivitas : Pasien
mengatakan jika dirumah ia melakukan
tugas rumah
seperti bersih-bersih rumah,
mencuci
pakaian dan lainnya
9. Riwayat
Sosial :
Pasien mengatakan bahwa ia mudah
berinteraksi dan dapat mengenali orang-orang
disekitarnya
10. Riwayat
Spiritual :
Pasien selalu melaksanakan kewajibannya
sebagai umat muslim dapat menerima dengan
lapang dada ia menganggap bahwa ini yang
terbaik untuknya
C.
PEMERIKSAAN
UMUM
a. Keadaan
Umum
Kesadaran : CM (Composmentis)
b. TTV
TD :
100/70
N :
70 x/mnt
RR :
18 x/mnt
S :
36,5 0C
BB :68
kg
c. Anak
Ke- :G2P1A1
d. Gerakan
Janin : (-)
e. Head
Toe To
1. Kepala
: mesochepal
2. Leher :
tidak ada
peningkatan JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
3. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
bersih dan
tidak bau
4. Hidung : simetris, jalan nafas lancar
5. Tenggorokan : tidak ada gangguan menelan
6. Dada : payudara tidak mengeluarkan ASI
7.
Abdomen : tidak ada pembesaran vena
abdomen, nyeri tekan pada
Abdomen
8.
Genetalia : keluar lendir darah,
warna merah, tidak adatidak ada
hemoroid
9. Muskuloskeletal : gerakan normal, tidak ada gangguan,
tidak ada
edema,
tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm.
D.
LABORATORIUM
A. Pemeriksaan
Hematologi
-
Darah Rutin : tidak ada
-
WBC : tidak ada
-
HGB : tidak ada
B. Foto
Abdomen : USG
E.
ANALISA
DATA
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS : Pasien
mengatakan nyeri pada
Perut bagian
bawah dan pada
pinggang
DO : -
Pasien tampak meringis
- Posisi
untuk mengurangi
nyeri
-
TD : 100/70
|
Kontraksi
pada otot rahim
|
Nyeri akut
|
2.
|
DS
:
Pasien
mengatakan sejak minggu sore keluar darah cair dan menggumpal
DO
:
- - Konjungtiva anemis
- - Pasien tampak pucat
- - Pasien lemah
|
Perdarahan
|
Defisit
Volume Cairan
|
3.
|
DS :
Pasien
mengatakan badannya terasa lemas
DO : - lemah
- TD : 100/70
|
Kelemahan,
Penurunan Sirkulasi
|
Gangguan
Aktivitas
|
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri
akut berhubungan dengan kontraksi pada otot rahim
2. Defisit
Volue Cairan berhubungan dengan Perdarahan
3. Gangguan
Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
G.
RENCANA
KEPERAWATAN
No.
|
Dx.
Kep.
(Nanda)
|
Tujuan
|
NOC
(intervensi)
|
NIC
(implementasi)
|
Rasional
|
1.
|
Nyeri akut berhubungan dengan
kontraksi pada otot rahim
|
Klien dapat beradaptasi dengan
nyeri yang dialami
|
1.
Kaji
kondisi nyeri yang dialami klien
2.
Terangkan
nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
3.
Kolaborasi
pemberian analgetika
|
1.
Mengkaji
kondisi nyeri yang dialami klien
2.
Menerangkan
nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
3.
Mengolaborasi
pemberian analgetika
|
1.
Pengukuran
nilai ambang nyeri dapat dilakukan
dengan skala maupun dsekripsi.
2.
Meningkat
kan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3.
Mengurangi
onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
|
2.
|
Defisit Volue
Cairan berhubungan dengan Perdarahan
|
Tidak terjadi devisit volume
cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
|
1.
Kaji kondisi status hemodinamika
2.
Ukur
pengeluaran harian
3.
Berikan
sejumlah cairan pengganti harian
4.
Evaluasi
status hemodinamika
|
1.
Mengkaji status kondisi hemodinamika
2.
Mengukur pengeluaran harian
3.
Memberikan sejumlah cairan pengganti harian
4.
Mengevaluasi status hemodinamika
|
1.
Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus
memiliki karekteristik bervariasi
2.
Jumlah
cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan
yang hilang pervaginal
3.
Tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4.
Penilaian
dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
|
3.
|
Gangguan
Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
|
kllien
dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
|
1. Kaji
tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
2. Kaji
pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandung
3. Bantu
klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
4. Bantu
klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
5. Evaluasi
perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
|
1. mengkaji
tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
2. mengkaji
pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandung
3. membantu
klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
4. membantu
klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
5. mengevaluasi
perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
|
1. Mungkin
klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2. Aktivitas
merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3. Mengistiratkan
klilen secara optimal
4. Mengoptimalkan
kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
5. Menilai
kondisi umum klien
|
E. CATATAN PERKEMBANGAN
No.
|
Dx. Kep.
|
Tanggal
|
Waktu
|
Evaluasi
|
1.
|
Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi pada otot
rahim
|
29 Juni 2015
|
09.55 wib
|
S : Pasien mengatakan nyeri nya mulai menghilang
O :
- pasien
terlihat sudah
tidak
meringis lagi
- TD :
110/80
A : belum sepenuhnya teratasi
P : lanjutkan intervensi
|
2.
|
Defisit Volume Cairan berhubungan dengan
Perdarahan
|
29 Juni 2015
|
12 45 wib
|
S : -
O :
- Darah
sudah
tidak
keluar
lagi
- Pasien
sudah
mulai
terlihat
segar
dan
tidak
pucat
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
|
3.
|
Gangguan
Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
|
29 Juni 2015
|
13.30 wib
|
S : -
O :
- Pasien
sudah
terlihat
lebih
segar
dan
tidak
lemah
lagi
- TD :
110/80
A : maslah teratasi
P : hentikan intervensi
|